Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Menyusun Rencana Project

Latar Belakang Saya senang membaca buku humor. Saya senang membaca cerita teman yang lucu dan mengundang tawa. Saya senang bercengkerama dengan orang yang mudah bahagia. Mengapa? Karena saya jadi ikut bahagia. Oleh sebab kesenangan saya tersebut, saya pun jadi mudah bahagia. Saat membalas chat teman, saya selalu berusaha mengemas tulisan saya dengan bahagia. Saat menulis status maupun membalas komentar di social media, saya selalu menulisnya dengan bahasa yang menyenangkan. Menurut teman-teman, saya mudah sekali membuat mereka tertawa. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang ibu, saya sering menjumpai percakapan atau kejadian lucu di keluarga kami. Sebagian percakapan tersebut sudah saya tuliskan di akun FB. Sebagian belum saya tulis. Nah, melalui Ruang Berkarya Ibu, saya ingin mengoptimalkan potensi saya di bidang tulis menulis cerita lucu melalui project "Ngakak Everyday" Nama Project Ngakak Everyday : Kumpulan Cerita Lucu Rumah Jingga Tujuan 1. Mendokume

Ilmu dan Maestro

Ilmu-ilmu yang dapat mendukung bakat yang saya miliki adalah : - Ilmu parenting - Ilmu psikologi - Ilmu menulis kreatif (creative writing) - Ilmu mengedit (self editing) Para maestro yang memiliki bakat yang bisa mendukung bakat diri saya adalah : - Penulis bacaan anak indonesia : Arleen A., Watiek Ideo, Dian Kristiani, Yovita Siswati, Widya Ross dll - Penulis bacaan anak luar negeri : Road Dahl, Enid Blyton, JK. Rowling dll

Mengapa Saya Ingin Menjadi Penulis Buku Anak?

Menjadi penulis buku anak profesional adalah impian saya sejak dulu. Rasanya membahagiakan jika berhasil membuat cerita yang unik, lucu, penuh petualangan dan menggugah pembacanya. Namun, sebuah cerita yang unik tidak lahir begitu saja. Ada niat yang tulus, ada pengamatan yang jeli, ada kreativitas yang tergali, ada bumbu imajinasi, ada kebaikan-kebaikan yang tersemaikan dan ada semangat tak kenal menyerah untuk mewujudkan tulisan tersebut. Mengapa saya ingin menjadi penulis buku anak? 1. Saya mencintai anak-anak Sejak kecil, saya mencintai anak-anak. Jika bersama dengan anak yang lebih muda usianya, saya selalu ingin membuatnya lebih maju dan lebih baik. Entah itu melalui kata-kata maupun tindakan saya. Seiring bertambahnya usia, saya ingin melakukan sesuatu lebih dari yang pernah saya lakukan dulu. Karena saya suka menulis, saya ingin hadir di hati anak-anak melalui tulisan-tulisan saya. 2. Menyampaikan pesan khusus kepada para pembaca Di sepanjang perja

Warung Makan Reksa (2)

Setelah hari sebelumnya sukses dengan warung makannya, Reksa kembali ingin mengembangkan bisnisnya. Hehe.. Kali ini dia merekrut sahabatnya, Mbak Putri untuk diajak sebagai patner kerja. Selepas sekolah, keduanya sibuk menyiapkan tempat jualannya itu. Ada beberapa ide kreatif yang mereka terapkan hari itu. Pertama, karyawan warung (Reksa dan Putri) memakai jilbab dan celemek. Celemeknya dari kaos Reksa yang digantungkan di depan dada mereka. Hehe.. Kedua, warung itu mempunyai jam buka yang jelas. Katanya jam 9 malem, warungnya tutup. Ketiga, semua pesanan mereka catat di buku. Keempat, pembeli dibekali uang koin sebagai alat tukar untuk membeli makanan. Lagi-lagi saya ditawari sebagai pembeli. Tentu saja saya mengiyakan. Saya pesan bubur ayam dan jus. Sementara Saka pesan nasi goreng. Karena yang menyiapkan pesanan dua orang, kadang terjadi keributan di antara keduanya. Hehe.. Tapi tak lama kemudian pesanan pun jadi. Alhamdulillah, kami menikmati pesanan dengan bahagia. #Tanta

Warung Makan Reksa

Beberapa hari ini anak-anak mendapat hukuman dari Ayah. Hukumannya adalah tidak boleh menggunakan hape selama dua hari. Alhasil, Reksa mencari cara bagaimana mengisi waktu menjadi lebih asyik. Pilihannya adalah membuka warung makan di rumah. Reksa menjadikan kardus bekas pembungkus server sebagai meja. Peralatan makanan seperti piring, sendok dan gelas ditata di atasnya. "Beli beli beli... Siapa beli?" promonya pada kami. "Bunda Beli." "Beli apa, Bun?" tanya Reksa. "Nasi goreng sama jus jambu," pinta saya sedikit mengarang. "Ya." Reksa pun sibuk menyiapkan pesanan. Nasi goreng dibuat dari parutan gabus yang ditambahi dengan bunga kering. Parutan gabus adalah nasinya. Bunga kering adalah ayamnya. Untuk jus, dia menggunakan botol bekas yogurt sebagai gelasnya. Pinggirnya dihias dengan bunga dan playdough. "Ini, Bun, pesanannya," ucap Reksa sambil menyerahkan piring dan gelas dari atas nampan. "Ya. Terima kasih.

Membuat Hasta Karya Bentuk Hati

Kehadiran teman, sering memicu kreativitas anak-anak. Seperti sore beberapa hari yang lalu. Mbak Septi, tetangga kami main ke rumah. Sudah pasti anak-anak sangat senang. Berbagai permainan mereka mainkan. Mulai dari permainan fisik seperti naik sepeda hingga permainan imajinatif seperti bermain peran. Setelah lelah bermain, sore itu anak-anak mengambil kertas warna. "Bikin love, Yuk!" ajak Mbak Septi. Maksudnya bikin bentuk hati dari kertas warna. "Ayuk," Reksa mengambil kertas dan spidol. Keduanya lantas menggambar bentuk hati di atas kertas warna. Setelah selesai menggambar, keduanya pun mengguntingnya. Tertarik dengan aktivitas keduanya, saya pun ikut membuat bentuk hati. Saya menggunakan teknik yang berbeda dengan anak-anak. Setelah selesai menggunting, saya perlihatkan karya saya pada anak-anak. "Nih, buatan Bunda. Kanan kirinya sama kan?" Reksa dan temannya mengamati hasil karya saya. "Iyae, Bun." "Biar sama, cara bikinnya d

Berbagi Ala Reksa

Berbagi seringkali identik dengan berbagi ke sesama manusia. Tapi, berbeda dengan Reksa dan Saka. Keduanya punya cara kreatif untuk berbagi. Ialah dengan aneka binatang di sekitar kami. Jadi, beberapa saat yang lalu kami mendapat kenduri dari tetangga. Selain nasi, kenduri itu berisi lauk pauk seperti ayam goreng, sayur kentang, dan mie. Sewaktu Saka minta maem, saya mencari ayam goreng di besek kenduri. Loh, ayam gorengnya mana? Batin saya agak bingung. Saya yakin ayam itu masih utuh karena semua anggota keluarga belum ada yang makan. Iseng-iseng saya tanya ke Reksa. "Mbak, ayam goreng yang tadi di sini dimana, ya?" "Oh. Tak kasihkan kucing, Bun. Kasihan kucingnya. Kelaperan," jawabnya polos. "Loh?! Hahaha.. Ya ampun. Semuanya?" "Iya." "Huhuhu... Aku maem lauk opo?!" tangis Saka merebak. "Sudah. Maem lauk tempe ya?" Saya menenangkan Saka sambil menahan tawa. Begitulah, anak-anak. Mungkin sadar dengan kondisi ruma

Agar Bunda Mau Membuatkan Jus

Bu Dhe baru pulang dari Wonosobo. Keluarga kami dapat jatah oleh-oleh, sebungkus carica dan tiga buah apokat besar. Langsung saja ayah sama anak-anak reques dibuatkan jus apokat. Karena apokatnya belum matang, saya hanya menjanjikan besok kalau saja kalau sudah  akan bunda buatkan jus. Dan hari ini, buah itu sudah benar-benar matang. Saat buahnya digoyangkan, terdengar suara kluthuk-kluthuk, tanda bahwa biji buah sudah terlepas. Tapi, karena kondisi badan saya sedang tidak enak, saya tidak segera melunasi janji saya. Dari pagi saya tiduran saja. Melihat saya yang tidak segera membuatkan jus, Saka protes. Siang dia mengajak pergi beli susu coklat karena dia maunya jus itu pakai susu. Sesudah panas-panas beli susu coklat bertiga, saya langsung tiduran lagi karena kepala mendadak pening. Sementara Saka inginnya segera dibuatkan jus. "Ayo to, Bun. Bikin jus," rengek Saka. "Bentar, Dek. Bunda pusing," keluh saya sambil tengkurap. Saka berjalan menjauh dan kemud