Langsung ke konten utama

Bermain Puzzle


Kehidupan ini seperti puzzle. Butuh kerja keras, ketekunan, kegigihan dan kesabaran dalam menata keping demi kepingnya. Jika syarat-syarat itu tak terpenuhi, kepingan tersebut akan susah terangkai.

Puzzle 30 keping milik Saka

Sejak masih usia 2 tahun, Reksa sudah kami belikan puzzle. Awalnya puzzle dari bahan kayu yang terdiri atas 5 keping. Saat itu kami belikan puzzle yang ada pegangan kayunya dan puzzle tanpa pegangan jenis transportasi. Ternyata, hanya beberapa hari saja Reksa sudah menguasai puzzle tersebut. Kami pun kemudian membelikan puzzle bertumpuk dari bahan kayu seperti metamorfosis katak dan kupu-kupu. Tidak sampai seminggu, puzzle itu juga sudah dia kuasai.

Agak lama kami tidak membelikan puzzle, sampai kemudian menemukan puzzle bahan karton berjumlah 56 keping. Awalnya agak ragu juga apakah Reksa tertarik memainkannya. Takutnya nanti malah jadi stres dan enggan bermain puzzle. Eh, ternyata Reksa bisa menguasai walau awalnya tetap kami dampingi bagaimana strategi memainkannya.

Reksa dan Saka bermain puzzle bersama (25/11/2017)

Melihat Mbaknya sering main puzzle, Saka pun juga tertarik ikut main. Sama seperti Reksa, Saka memulai main puzzle dari bahan kayu. Sejak awal, kami lihat kemampuan bermain Saka sangat cepat . Dari 5 keping, kami beri dia tantangan menyelesaikan 20 keping. Saya mulanya agak ragu saat hendak membeli puzzle 20 keping, karena saat itu usia Saka masih 2 tahun. Eh, ternyata Saka tertarik memainkannya. Dan lama kelamaan jadi bisa.

Siang tadi, Saka meminta main puzzle berjumlah 30 keping. Saya menemaninya bermain. Bukan hanya melihat dan mengarahkan, tapi juga ikut memasang keping-keping bagian atas. Saka sendiri memilih memasang keping bagian bawah dan tengah. Karena saya bantu, tidak memakan waktu lama, semua kepingan sudah terangkai. 
 
Reksa dan Saka bermain puzzle 56 keping (25/11/2017)

Namun, sebentar kemudian kepingan tersebut dia balik lagi. Saya yang sedari tadi susah payah membantu, agak lemes melihat kepingan puzzle tercerai berai lagi. Hahaha... Melihat kepingan berserakan, Reksa tertarik turun tangan. Bersama kakaknya, Saka akhirnya berhasil merangkai semua kepingan puzzle seperti sedia sedia kala.

Tak puas sampai disini, Saka minta puzzle berjumlah 56 keping. Wah, kalau puzzle sejumlah itu, mau nggak mau saya harus turun tangan nih, batin saya kala itu. Belum pernah Saka bermain puzzle 56 keping sendirian. Seringnya berakhir berantakan dan saya sebagai Kepala Bagian Kebersihan Rumah Tanggalah yang akhirnya beres-beres puzzle. Jika kondisi sedang tidak banyak kerjaan, oke aja. Tapi, kalau kerjaan lagi banyak, kemudian lihat puzzle berserakan itu lumayan membuat pening kepala.

Namun, tak apalah. Toh anak ingin mencoba, batinku mendamaikan diri. Hehehe.. Saya pun mengambilkan puzzle berjumlah 56 keping untuk Saka. Melihat Saka antusias main puzzle, Reksa ikutan main juga. Saya yang sejak awal agak under estimate terhadap kemampuan Saka jadi mlongo sendiri karena ternyata Saka tidak rewel seperti biasanya. Dia tenang aja mencari puzzle dan mulai menyusunnya satu persatu. Saya yang ada di sampingnya hanya melihat saja. Sesekali mengarahkan saat Saka mulai bingung. Namun, 90% Saka yang merangkai puzzle tersebut hingga selesai. 
 
Reksa dan Saka berhasil menyelesaikannya (25/11/2017)

Bersyukur, siang tadi saya memberi kesempatan Saka memainkan puzzle 56 keping tersebut. Jika tidak, mungkin saya masih menganggap Saka belum layak naik kelas dari 30 keping menjadi 56 keping. Good job, Saka! Kerja keras, ketekunan, kegigihan dan kesabaranmu memainkan puzzle akhirnya membuahkan hasil. Kelak nilai-nilai tersebut akan sangat berguna dalam merangkai keping-keping puzzle kehidupan.

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Menyusun Rencana Project

Latar Belakang Saya senang membaca buku humor. Saya senang membaca cerita teman yang lucu dan mengundang tawa. Saya senang bercengkerama dengan orang yang mudah bahagia. Mengapa? Karena saya jadi ikut bahagia. Oleh sebab kesenangan saya tersebut, saya pun jadi mudah bahagia. Saat membalas chat teman, saya selalu berusaha mengemas tulisan saya dengan bahagia. Saat menulis status maupun membalas komentar di social media, saya selalu menulisnya dengan bahasa yang menyenangkan. Menurut teman-teman, saya mudah sekali membuat mereka tertawa. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang ibu, saya sering menjumpai percakapan atau kejadian lucu di keluarga kami. Sebagian percakapan tersebut sudah saya tuliskan di akun FB. Sebagian belum saya tulis. Nah, melalui Ruang Berkarya Ibu, saya ingin mengoptimalkan potensi saya di bidang tulis menulis cerita lucu melalui project "Ngakak Everyday" Nama Project Ngakak Everyday : Kumpulan Cerita Lucu Rumah Jingga Tujuan 1. Mendokume