Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Aliran Rasa Game Level 6

Kesempatan belajar bermunculan dengan sendirinya saat kita menyadari sedang menekuninya. Demikianlah ungkapan yang mungkin pas untuk menggambarkan perjalanan saya menemani anak-anak belajar matematika dalam game level 6. Saya memang tidak merencanakan secara detail apa saja yang mesti kami lakukan dalam tantangan ini. Saya hanya menyadarinya dan ternyata peluang belajar terserak di manapun. Seperti saat melihat koin berserakan di lantai, saya pun terbersit ide untuk mengajari Reksa tentang himpunan. Demikian juga saat berada di halaman rumah. Kami belajar berbagai bentuk dengan menggunakan batu. Malah bukan hanya belajar bentuk, anak-anak juga sekaligus belajar menghitung dan motorik halusnya terlatih. Dan yang membuat menyenangkan, kami menjalaninya dengan riang. Bukan sebagai beban. Sebagaimana tantangan lainnya, game level 6 ini terkendala di bagian pelaporan. Hampir setiap hari kami menjalankannya. Hanya saja, melaporkan hasil pembelajaran sesuai standar yan

Belajar Matematika dengan Buku Aktivitas

Meski tidak ada jadwal pasti, hampir tiap bulan kami sekeluarga pergi ke Jogja. Selain karena alasan tertentu yang mengharuskan kami ke Jogja, perjalanan ini seperti “our time” bagi keluarga kami yang sehari-harinya berada di rumah. Dan ada satu tempat yang tak pernah luput kami datangi yakni toko buku. Hari minggu kemarin (3/12/2017), kami menyempatkan diri masuk Gramedia Ambarukmo Plaza. Saka langsung mengambil majalah robot. Majalah untuk anak usia SD kelas atas. Saat saya tawari buku lain, Saka menggelengkan kepala. Hehehe.. Baiklah, tidak apa. Sementara Reksa memilih buku aktivitas yang ada cerita tentang dinosaurus.    Buku Aktivitas Reksa Buku yang anak-anak beli itu menjadi buku favorit mereka beberapa hari ini. Di tengah-tengah saya mengerjakan pekerjaan domestik, Reksa malah sering bertanya, apa maksud tulisan dalam buku tersebut. Saya pun berhenti sejenak dari pekerjaan domestik, untuk meluangkan waktu membacakan tulisan itu. Sebagian besar tulisan dala

Matematika ; Jembatan Inisiatif Reksa

Sudah lama saya mempunyai angan-angan membuka taman bacaan di rumah. Rasanya sayang sekali jika buku-buku yang ada di rumah hanya kami manfaatkan untuk keluarga sendiri. Akan lebih membahagiakan jika buku-buku tersebut dimanfaatkan juga oleh tetangga sekitar. Setelah ngobrol panjang dengan seorang sahabat yang lebih dulu membuka taman bacaan di rumah, saya akhirnya memantapkan diri untuk membuka taman bacaan juga. Kerja nyata dimulai hari Sabtu kemarin (2/12/2017), kami membeli rak buku yang ukurannya agak besar. Rak tersebut kami beli dalam bentuk kardusan sehingga harus dirangkai sendiri agar bisa berdiri tegak.    Kondisi rak sebelum buku ditata Tentu saja yang siap bertugas merangkainya adalah ayah. Awalnya, ayah mengecek semua kayu dan perlengkapan dari pabrik. Setelah dicek bahwa semuanya sesuai yang tertulis dalam buku manual, langkah selanjutnya menyatukan kayu satu dengan perlengkapan yang sesuai. Tujuannya untuk memudahkan dalam proses merangkainya.

Belajar Mengukur Benda Menggunakan Penggaris

Hari jumat (1/12/2017), sejak pagi hingga pukul 15.00 wib, kami sekeluarga ada acara di luar. Sesampainya di rumah, anak-anak lumayan lelah. Jadi, kami tidur-tiduran sebentar. Karena tidak ada tanda-tanda mau tidur, saya pun kemudian mengajak anak-anak bermain dengan penggaris. Awalnya, saya mengenalkan apa kegunaan penggaris. Setelah itu, saya mengajak keduanya langsung mengukur benda. Mengukur boneka beruang (1/12/2017) Dimulai dari mengukur boneka. "Yuk, coba kita ukur. Berapa tinggi boneka, ya?" tanya saya sambil mendekatkan penggaris ke boneka beruang warna pink milik Reksa. "Berapa, Bun?" Reksa ikutan penasaran. "Oh, tingginya 25." Saya menjawab sambil menunjukkan angka di penggaris. "25 meter to, Bun?" "Bukan meter. Ini 25 centimeter. Ni ada tulisan cm-nya." Saya menunjukkan satuan di penggaris. "Oh.. Centimeter," gumam Reksa menirukan saya.  "Tangannya diukur, Ma!" pinta Saka ikut semangat. &

Belajar Matematika dengan Media Batu

Batu adalah kekayaan alam yang mudah kita jumpai di sekitar tempat tinggal kita. Selain mudah didapatkan, batu juga sangat murah. Untuk mendapatkannya, kita tidak perlu mengeluarkan biaya. Hanya memerlukan tenaga dan sedikit waktu saja. Karena dua alasan inilah, mudah dan murah, saya menggunakan batu sebagai media belajar anak-anak kemarin sore (30/11/2017). Mobil karya Reksa dan Saka (30/11/2017) Apa saja yang bisa dipelajari anak-anak dengan menggunakan batu? 1. Melatih kepekaan indera peraba Anak seusia Saka (3 tahun) perlu dilatih kepekaan indera perabaannya. Caranya, kita ambil dua buah batu, yang satu permukaannya kasar, satunya lagi halus. Anak diminta memegang kedua buah batu tersebut. Jika anak belum tahu apa itu kasar-halus, kita bisa langsung memberi tahu mana yang kasar dan mana yang halus. Jika sudah tahu, cobalah bertanya pada anak, mana yang kasar dan mana yang halus. Untuk mengetes pemahaman anak, kita bisa meminta anak mengambilkan batu

Belajar Mengenal Bentuk

Beberapa hari yang lalu, saya mencoba bertanya pada Reksa tentang berbagai bentuk. Ternyata Reksa sudah mengenal lingkaran, persegi, persegi panjang dan oval. Ibu guru sekolah sudah mengajarkannya dengan metode mewarnai berbagai bentuk tersebut di kertas. Saat saya meminta menunjukkan bentuk lingkaran terdapat pada benda apa saja, Reksa bisa mencontohkannya. Hanya saja untuk persegi dan persegi panjang kadang masih kebalik-balik. Kadang juga malah menyebut persegi dan persegi panjang dengan kotak. Saya  pun menjelaskan ulang tentang apa itu persegi dan apa itu persegi panjang. Bentuk lingkaran dari kertas kardus (28/11/2017) Untuk Saka, saya mencoba memperkenalkan bentuk lingkaran terlebih dahulu. Kami membuat bentuk lingkaran dari kardus sebanyak 8 buah. Empat warna hijau dan empat warna kuning. Melalui media ini, Saka bisa belajar beberapa hal berikut : 1. Mengenal bentuk lingkaran. 2. Mengenal warna hijau dan kuning. 3. Mengurutkan dari yang besar hingga kecil. Atau s

Belajar dengan Lego

Hari Senin adalah jadwal Saka belajar di PAUD. Namun, tadi pagi Saka tidak mau sekolah. Dia ingin di rumah saja. Baiklah, dari jam delapan hingga sepuluh, saya menemaninya bermain. Mulai dari main puzzle, bermain peran, main hujan-hujanan hingga main lego. Permainan yang saya sebut terakhirlah yang akan saya ulas dalam tulisan ini.    Saka sedang membuat robot (27/11/2017) Lego sebenarnya adalah merk dari permainan bongkar pasang. Anak bisa mewujudkan imajinasinya ke dalam bentuk 3D dengan cara merangkai blok-blok yang tersedia. Karena saking terkenalnya, merk lego menjadi melekat ke dalam permainan jenis ini. Apa saja manfaat dari bermain lego? Berikut, sebagian manfaat yang kami peroleh setelah anak-anak sering bermain lego : 1. Melatih Motorik Halus Dengan bermain lego, anak akan memegang, memasang, dan melepas bricks. Ketiga aktivitas itu bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan ketrampilan fisik y

Belajar Himpunan dengan Uang Koin

Sudah dua hari, uang koin berceceran di lantai. Karena berbagai hal, saya  belum sempat membereskannya. Melihat uang koin itu, tadi sore saya pun punya ide untuk mengajari Reksa tentang himpunan. Saya meminta Reksa untuk memilah uang koin tersebut sesuai jenisnya. Uang koin lima ratusan ditumpuk dengan uang koin lima ratusan lainnya. Begitu juga dengan uang koin lainnya. Seperti uang koin seratusan, dua ratusan, dan seribuan. Reksa memilah uang koin (26/11/2017) Saya juga mengajarkan cara menumpuknya. Setumpuk koin harus terdiri dari sepuluh koin. Jadi, selain belajar tentang himpunan, Reksa juga belajar menghitung dengan cermat. Setelah semua koin dihimpun sesuai dengan jenisnya, saya memberi tahu Reksa tentang angka yang tertera dalam koin. Mulai dari 100, 200, 500 hingga 1.000. Ya, baru sebatas pengenalan saja bahwa ada angka ratusan dan ada juga angka ribuan. #Tantangan10Hari #Level6 #KuliahBunsayIIP #ILoveMath #MathAroundUs

Bermain Puzzle

Kehidupan ini seperti puzzle. Butuh kerja keras, ketekunan, kegigihan dan kesabaran dalam menata keping demi kepingnya. Jika syarat-syarat itu tak terpenuhi, kepingan tersebut akan susah terangkai. Puzzle 30 keping milik Saka Sejak masih usia 2 tahun, Reksa sudah kami belikan puzzle. Awalnya puzzle dari bahan kayu yang terdiri atas 5 keping. Saat itu kami belikan puzzle yang ada pegangan kayunya dan puzzle tanpa pegangan jenis transportasi. Ternyata, hanya beberapa hari saja Reksa sudah menguasai puzzle tersebut. Kami pun kemudian membelikan puzzle bertumpuk dari bahan kayu seperti metamorfosis katak dan kupu-kupu. Tidak sampai seminggu, puzzle itu juga sudah dia kuasai. Agak lama kami tidak membelikan puzzle, sampai kemudian menemukan puzzle bahan karton berjumlah 56 keping. Awalnya agak ragu juga apakah Reksa tertarik memainkannya. Takutnya nanti malah jadi stres dan enggan bermain puzzle. Eh, ternyata Reksa bisa menguasai walau awalnya tetap kami dam

Mengenal Waktu

Semenjak sekolah, Reksa mulai saya kenalkan dengan waktu. Yakni seputar pengenalan pagi, siang, sore dan malam hari. Pagi hari adalah saat matahari baru kelihatan sedikit. Saat dimana Reksa bangun dari tidur malam hari. Siang hari adalah saat matahari berada di atas kepala. Kalau tidak hujan, rasanya gerah. Sore hari adalah saat dimana matahari hendak tenggelam. Biasanya langit jadi tampak memerah. Nah, kalau malam hari itu saat di luaran gelap gulita. Saat waktunya anak-anak tidur. Akhir-akhir ini, saya kadang bertanya pada Reksa tentang waktu dengan lebih detail, yakni jam. Karena saya benar-benar bertanya, Reksa pun antusias untuk menjawab. Awal-awal dulu, Reksa sekedar menebak saja. Saya pun mengeceknya dengan melihat jam dinding langsung, sambil menjelaskan bahwa ketika jarum pendek menunjuk angka 6 itu berarti saat itu pukul 6. Saat itu, saya sengaja tidak menjelaskan menitannya agar Reksa paham dulu tentang fungsi jarum pendek dan makna dari angka yang ditunjuk.

Menghitung Benda

Kamis pagi (23/11/2017), sewaktu saya di depan laptop, Saka tiba-tiba minta diprintkan gambar robot. Saya pun googling dengan keyword "robot for kids". Setelah melihat gambar robot yang lucu-lucu, Saka menggelengkan kepalanya. "Bukan itu. Yang menakutkan, Ma," pintanya menjelaskan lebih detail. Baiklah, saya pun kembali googling lagi dengan mengganti keyword menjadi "transformer". Saka melihat-lihat lagi gambarnya. "Yang seperti tasnya Dek Arul, Ma." Oalah, berarti yang diinginkan Saka adalah gambar tas transformer. Oke, saya pun kembali googling. Setelah melihat-lihat beberapa tas, akhirnya Saka memilih gambar tas warna merah. Saya pun kemudian mengeprintnya. Ternyata satu gambar tas robot dirasa kurang. Saka minta gambar robot sungguhan. Yang lebih menakutkan dan bukan gambar tas robot. Saya pun browsing lagi. Saat melihat gambar sebuah gedung yang di depannya terdapat dua robot gede transformer, Saka langsung tertarik. Saya pun kemudian m

5 Cara Menghadapi Anak Saat Bertengkar

Mempunyai dua anak yang jarak usianya agak berdekatan memang membuat hidup jadi lebih berwarna. Ketika keduanya akur bermain bersama, hari-hari jadi cerah ceria. Saya sebagai ibunya pun bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dengan damai. Nah, ceritanya jadi lain kalau keduanya bertengkar. Bukan hanya sejenak membuat urat leher tegang, pekerjaan rumah tangga pun jadi ikut terbengkelai. Namun, itu dulu saat awal-awal saya bekerja di ranah domestik. Berhubung saya tidak mau pertengkaran anak mengakibatkan mood saya jadi jelek, saya pun mencoba mencari cara bagaimana menghadapi anak-anak saat bertengkar. Dari hasil membaca dan merenung, saya memperoleh beberapa kiat agar tetap waras saat anak bertengkar. Apa saja kiat ala saya? Berikut ini saya sajikan satu persatu kiatnya : 1. Tetap tenang Mendengar anak bertengkar, saat sedang mengerjakan aktivitas rumah tangga memang membuat kita geregetan. Rasa-rasanya ingin segera menengahi agar pertengkaran cepat usai. Dan kita pun bis

Aliran Rasa Game Level 5

Manusia bisa berencana, tapi Tuhanlah yang menentukan. Mungkin kalimat itulah yang tepat untuk menggambarkan perjalanan game level 5 dua minggu kemarin. Masih teringat jelas dalam ingatan, kalau dalam aliran rasa game level 4 saya berkomitmen untuk menjalankan game selanjutnya dengan lebih baik. Tapi ternyata pada akhir bulan oktober, bapak dipanggil ke hadirat Allah SWT. Tentu saja fokus saya (terutama seminggu pasca meninggalnya bapak) harus berpindah ke rumah bapak. Menyiapkan serangkaian acara tahlilan saban hari selama seminggu. Beberapa hari, saya memang bisa mendampingi anak-anak membaca buku. Namun, beberapa hari pula saya terpaksa kehilangan waktu. Dalam melaporkan game pun terpaksa merapel. Yang membuat saya lega, deskripsi laporan game yang saya buat lebih baik dari game sebelumnya. Lumayan detail, meski belum sesuai harapan saya sebelumnya. Semoga pembelajaran di game selanjutnya, saya bisa lebih baik lagi. #gamelevel5 #bundasayang #IIP #KuliahBunsayI

DAY 10 : Tantangan 10 Hari Menstimulasi Anak Suka Membaca

Setelah seminggu lebih, anak-anak membaca buku fiksi, Rabu (8/11/2017) kemarin anak-anak minta baca buku non fiksi. Saka mengambil buku “Pintar Sains 3” dari rak lemari. Buku tebal yang sebenarnya untuk anak usia SD itu sering kami buka bersama karena Saka senang melihat gambar didalamnya. Terutama gambar makhluk hidup pada zaman dulu, seperti dinosaurus. Buku Pintar Sains 3 “ Ma, ini apa?” tanya Saka saat melihat seekor binatang besar yang bisa terbang. “ Oh, ini pteranodon. Binatang yang bisa terbang. Badannya besar.” Saya pun kemudian membuka buku itu sambil menjelaskan bahwa dahulu saat awal-awal bumi ada, terdapat berbagai makhluk hidup yang ukurannya besar-besar. Seperti dinosaurus dan pteranodon ini. Namun, lama kelamaan hewan besar itu punah karena terjadi bencana besar di bumi. “ Punah itu apa, Bunda?” tanya Reksa di sela-sela penjelasan saya. “ Punah itu mati semua. Tidak tersisa. Yang saat ini ada tinggal telur, tapak kaki dan tulang belulangnya yang