Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan
homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing
tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula
dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya
yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali
belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan
ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3,
Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal
kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak
mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan
keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak
diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru.
Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang
harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3
belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) yang soal-soalnya cukup lebar dan kurang
dipahami siswa. Melalui LKS inilah, siswa terpaksa mempelajari materi
yang jauh dari kehidupannya. Sebagai contoh, menghapal singkatan STNK
(Surat Tanda Nomor Kendaraan) dan SIM (Surat Izin Mengemudi).
Bagaimana bisa begini? Apa gunanya untuk anak seusia Azkal?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang membuat saya gelisah. Kalau sekolah
sudah tidak bisa memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas
untuk anak kita, kepada siapa lagi kita berharap selain kepada kita
sendiri? Dari sinilah saya berupaya mencari model pendidikan yang
ramah anak. Pencarian tentang pendidikan yang ramah anak ini
mengantarkan saya mengenal model pendidikan homeschooling.
Website rumah inspirasi adalah salah satu web yang sering saya
kunjungi. Melalui website inilah sedikit demi sedikit saya mulai
paham tentang homeschooling. Saya juga mengikuti webinar yang
diselenggarakan oleh Rumah Inspirasi. Seperti pada bulan Maret yang
lalu, saya mengikuti webinar homeschooling untuk anak usia dini. Dan
saat ini (bulan Mei 2014), saya juga mengikuti webinar homeschooling
anak usia sekolah. Penyelenggaraan webinar homeschooling bagi saya
adalah berkah tersendiri. Mengapa? Karena hanya bermodal laptop dan
akses internet, saya bisa mengikuti webinar tersebut tanpa harus
pergi meninggalkan anak saya yang masih kecil.
Webinar homeschooling anak usia sekolah diselenggarakan dalam empat kali sesi yakni setiap hari Rabu pada Bulan Mei tahun 2014. Pada Webinar Homeschooling sesi 2 yang diselenggarakan Rabu, tanggal 14 Mei 2014 kemarin, Mas Aar mengulas tentang model dan metode homeschooling serta kurikulum homeschooling. Diawali dengan meresfresh ingatan peserta tentang materi webinar sesi sebelumnya, Mas Aar menjelaskan dengan singkat apa itu substansi homeschooling. Menurut Mas Aar, ada 2 substansi pokok homeschooling.
Pertama, homeschooling adalah pendidikan alternatif. Berhubung
merupakan pendidikan alternatif, jelas saja homeschooling berbeda
dengan sekolah. Dalam penyelenggaraannya, tentu membutuhkan
mentalitas yang di luar mainstream. Orang tua praktisi homeschooling
tidak perlu merasa lebih hebat karena menjalankan pendidikan anaknya
dengan cara homeschooling, atau pun sebaliknya, merasa minder karena
berbeda dengan keluarga pada umumnya yang memilih menyekolahkan
anaknya. Kedua, homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga.
Artinya, keluargalah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan
anak-anaknya. Homeschooling bukan sebuah bimbingan belajar yang
dilabeli homeschooling atau sekolah yang masuk tiga kali seminggu.
Jika ada pertanyaan mengenai bagaimanakah homeschooling dijalani,
maka kita tidak akan menemukan jawaban pastinya. Mengapa? Karena
setiap keluarga itu berbeda sehingga praktek homeschooling yang
dijalani pun juga berbeda. Oleh karenanya, penting bagi setiap
keluarga yang menjalani homeschooling untuk membuat rancangan tentang
homeschooling yang akan dijalani. Ada dua hal yang perlu disiapkan.
Pertama, mengenali nilai-nilai apa yang penting bagi keluarga yang
nantinya akan kita didikkan kepada anak-anak kita. Kedua, kita
mempunyai gambaran tentang visi pendidikan yang akan kita jalani.
Kita perlu tahu kurang lebih seperti apakah output yang kita
inginkan.
Sebagai gambaran, Mas Aar menceritakan bagaimana homeschooling yang
dijalani di keluarganya. Homeschooling yang dijalani keluarga Mas Aar
adalah model homeschooling yang lebih menekankan pada ketrampilan.
Tentu saja ada penanaman pendidikan karakter. Namun, secara
praktisnya, homeschooling yang dijalani berupaya menyiapkan anak-anak
yang pandai berkarya dan tidak mementingkan ijazah. Nilai-nilai dalam
proses pendidikan keluarga Mas Aar adalah anak-anak belajar untuk
berkarya dan membuat output. Anak-anak memiliki ketrampilan yang
mumpuni di bidang yang ditekuninya.
Salah satu hal yang penting untuk diketahui di awal proses menjalani
homeschooling adalah melihat berbagai jalan alternatif yang bisa
ditempuh dalam menjalani homeschooling. Membangun alternatif ini
penting karena kita adalah produk dari sekolah yang hanya punya satu
kurikulm. Kita tidak mempunyai pengalaman menjalani produk yang lain.
Sementara dalam homeschooling itu lebar sekali ruang geraknya
sehingga perlu melihat berbagai jalan alternatif untuk menjalani
homeschooling di keluarganya. Perlu kita ketahui bahwa ada dua ujung
dalam model dan metode homeschooling. Pertama, school at home
(terstruktur) dan yang kedua, unschooling (tidak terstruktur). Dan
diantara kedua model ini, banyak sekali model homeschooling. Baik
yang lebih dekat ke school at home maupun yang lebih dekat ke
unschooling.
Model Sekolah di
Rumah (School at Home)
School at home adalah metode homeschooling yang mengambil model dari
sekolah. Metode ini banyak dipilih oleh orang tua praktisi
homeschooling. Ciri khas dari school at home menurut Aar Sumardiono
dalam Ebook “Aneka Model dan Metode Homeschooling” adalah :
- Menggunakan sistem sekolah sebagai model utama dalam pelaksanaan homeschooling
- Model berifat terstruktur dan berjenjang
- Proses homeschooling dipandu dengan kurikulum
- Materi yang dipelajari dikelompokkan dalam mata pelajaran
- Alat belajar utama menggunakan buku pelajaran
- Proses belajar dengan cara mengajar
- Evaluasi/ ujian secara periodikPenyelenggaraan homeschooling dengan model school at home ini ada tantangannya tersendiri. Tantangan tersebut antara lain :
- Memindahkan sekolah ke rumah bukan pekerjaan yang mudah karena nature rumah berbeda dengan sekolah
- Cara belajar di sekolah berdasarkan mata pelajaran tidak natural
- Orangtua bukanlah guru
- Kecenderungan belajar untuk lulus ujianUntuk menghadapi tantangan tersebut, inovasi yang dapat dilakukan adalah :
- Ambil perspektif jangka panjang. Jangan terlalu takut bereksperimen. Kita mempunyai waktu yang cukup panjang untuk mengajarkan anak akan kedalaman ilmu.
- Bersikap fleksibel dalam proses belajar. Yang penting adalah tujuan pembelajaran tercapai. Adapun proses pelaksanaannya diserahkan kepada kita agar lebih fleksibel. Baik mengenai waktu maupun materi belajar.
- Gunakan model belajar modular, bukan paket. Yang dimaksud dengan model belajar modular adalah anak belajar sesuai kecepatannya. Sah-sah saja jika anak seusia kelas 4 SD mempelajari materi Bahasa Indonesia kelas 5 SD. Pun sebaliknya, tidak masalah jika ia baru mempelajari materi matematika kelas 3 SD. Intinya, kecepatan belajar anak untuk mempelajari ilmu yang digemarinya, tidak akan dihambat hanya karena satu atau dua pelajaran kurang dikuasai.
- Perkaya materi dan alat belajar. Tidak hanya belajar melalui buku saja. Misalnya dengan unit study, multimedia, magang dan sebagainya.
- Solusi praktis : buku soal/tutor/bimbel
Model Unschooling
Metode unschooling memiliki bentuk dan pendekatan yang berbeda dengan
sekolah. Salah satu pelopor metode ini adalah John Holt, seorang guru
yang memberikan kritik tentang sekolah. Diantara kritik John Holt,
sebagaimana diungkap oleh Mas Aar adalah mengenai kecenderungan
proses belajar di sekolah yang bukan dipicu oleh kebutuhan dan
kesenangan anak untuk belajar, tetapi karena ketakutan (fear).
Ketakutan mendapatkan nilai yang buruk, ketakutan tidak lulus ujian
dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Beberapa asumsi dari unschooling adalah bahwa:
- Anak adalah sosok individu
- Keinginan belajar itu alami
- Dunia nyata adalah ruang belajar paling baik
- Keharusan-keharusan orangtua/ orang dewasa cenderung menghambat anak
Adapun model belajar di dalam unschooling adalah :
- Belajar secara natural
- Belajar melalui kegiatan alami di dunia nyata
- Berdasarkan minat/kebutuhan anak
- Proses intervensi minimal
Peran orang tua dalam model unschooling lebih mirip sebagai
fasilitator yang mendorong anak untuk menjadi pembelajar yang aktif.
Peran tersebut dilakukan dalam bentuk :
- Menjadi inspirator kegiatan anak
- Menyediakan lingkungan belajar yang kaya stimulus
- Membantu memberikan perspektif jangka panjang
- Membantu perencanaan dan alokasi sumber daya
- Memperkaya proses yang dijalani anak
Model dan Metode
Homeschooling Lain
Classical
Homeschooling
Model classical homeschool mengacu pada pendidikan yang menjadi akar
peradaban modern Eropa yaitu abad pertengahan Yunani. Model ini
menekankan pada studi literatur, sejarah, aktivitas intelektual yang
terstruktur dan disiplin. Model ini banyak menggunakan materi abad
pertengahan yang merupakan karya-karya besar dari para tokoh besar.
Dalam model pendidikan ini, anak-anak belajar dalam tiga tahap yakni
mempelajari struktur bahasa (grammar), belajar logika (logic), dan
belajar menyampaikan dan mempertahankan gagasan (retoric).
Charlotte
Masson dan Montessori
Banyak model homeschooling yang
dibangun dari pemikiran tokoh tertentu. Seperti Charlotte Mason dan
Montessori. Beberapa gagasan Charlotte Mason yang menjadi
inspirasi untuk proses homeschooling antara lain :
- Living books (proses penyemaian ide-ide besar yang akan menginspirasi anak melalui penyediaan buku berkualitas)
- Narasi (proses anak menceritakan ulang mengenai isi materi bacaan yang dibacanya dengan bahasanya sendiri)
- Habit training (melatih kebiasaan-kebiasaan baik pada anak)
Adapun gagasan
Montessori yang juga menginspirasi proses homeschooling adalah :
- Fokus pendidikan terletak pada anak. Orang tua hanya bertugas menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk proses belajar anak.
- Lingkungan belajar yang terkendali
- Proses belajar dimulai dengan menggunakan alat peraga (nyata), baru setelahnya dikenalkan hal-hal yang abstrak
- Anak-anak belajar bersama di satu tempat tanpa dibatasi usia
Eclectic
Homeschooling
Model dan metode homeschooling ini tidak menganut sebuah aliran
pemikiran tertentu, tetapi memadukan berbagai pemikiran dan aliran
tentang pendidikan. Dalam proses homeschoolingnya menggunakan prinsip
“mix and match” sesuai kebutuhan dan kondisi keluarga.
Lantas Bagaimana?
Setelah mempelajari beragam model dan metode homeschooling di atas,
lantas langkah apa yang kita lakukan? Mas Aar dalam webinar tersebut
menyarankan agar jangan panik. Meski menurutnya, kepanikan itu pasti
akan dialami oleh setiap praktisi homeschooling. Praktisi
homeschooling memiliki banyak pilihan dan kesempatan untuk memilih
model dan metode pendidikan yang paling sesuai dengan nila-nilai dan
tujuan pendidikan keluarga. Langkah yang bisa kita lakukan adalah :
- Memilih dan segera memulai homeschooling dari yang kita sukai dan nyaman bagi keluarga kita
- Berorientasi pada yang praktis
- Subyek pendidikan adalah anak dan keluarga
- Gunakan cara berpikir kritis dan common sense
Komentar
Posting Komentar